TUGAS KELOMPOK
PART II
PENGANTAR PEMODELAN MATEMATIKA
Tentang :
MODEL SIR DAN LOTKA VOLTERRA
Oleh :
Rezki Ramayani : 412 397
Kouwamin :
412.441
Elvi Novia Sari :
412.540
M. Iqbal Mayudi :
412.631
Intan Puspita Sari :
412.677
Dosen Pembimbing :
Andi Susanto, S.Si, M.Sc
JURUSAN TADRIS
MATEMATIKA-B
FAKULTAS TARBIYAH DAN
KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM
NEGERI (IAIN)
IMAM BONJOL PADANG
TA. 1436 H/2015 M
Daftar Isi
Daftar
Pustaka
Suatu infeksi penyakit dikatakan endemik apabila setiap orang
yang terinfeksi penyakit akan menularkannya ke individu lain. Ketika infeksi
tersebut tidak hilang dan jumlah orang yang terinfeksi bertambah, maka infeksi
tersebut dikatakan berada dalam keadaan endemik. Model SIR merupakan model
penyakit yang memperoleh kekebalan permanen dan keadaan pulih dari penyakit
tersebut. Model SIR menggambarkan alur penyebaran penyakit dari individu yang
rentan (Susceptibles) menjadi individu terinfeksi penyakit menular (Infected)
melalui kontak langsung maupun perantara lain, misal batuk, bersin, melalui
makanan dan minuman. Selanjutnya, individu dalam kelompok Infected yang
mampu bertahan terhadap penyakit akan sembuh dan masuk ke kelompok individu
pulih dari penyakit dan memiliki kekebalan (Recovered).
Model epidemi SIR, pada suatu populasi dibagi menjadi
tiga kelompok, yaitu :
1)
Susceptible (S), yaitu kelompok individu
yang sehat tapi rentan terinfeksi.
2)
Infected (I), yaitu kelompok individu
yang terinfeksi penyakit menular.
3)
Recovered (R), yaitu kelompok individu
yang telah pulih dan memiliki kekebalan permanen untuk tidak tertular penyakit
yang sama.
Model epidemi SIR dibangun berdasarkan asumsi-asumsi :
1)
Populasi konstan.
2)
Satu-satunya
cara orang dapat meninggalkan kelompok rentan yaitu dengan cara terinfeksi
penyakit, satu-satunya cara orang yang terinfeksi ingin sembuh, yaitu dengan
proses pemulihan. Setelah itu, seseorang dapat sembuh, dan memiliki kekebalan
tubuh.
3) Umur, seks, status sosial, dan ras tidak
berpengaruh untuk terkena infeksi.
4) Tidak ada kekebalan tubuh yang turun temurun.
5)
Suku dari
populasi campuran memiliki interaksi yang sama dengan orang lain pada tingkat
yang sama.
Jumlah individu untuk masing-masing kelompok pada waktu π‘ dinyatakan
sebagai , , dan π
(π‘). Total populasi π diasumsikan konstan
karena kelahiran dan kematian diasumsikan memiliki laju yang sama, dan pengaruh
luar tidak diperhatikan. Maka,
...(3.1)
Yang dimana N
merupakan jumlah populasi total dari suatu kelompok masyarakat.
...(3.2)
...(3.3)
...(3.4)
Ket :
= jumlah
individu rentan terhadap waktu.
ππΌππ‘
= jumlah individu terinfeksi terhadap waktu.
= jumlah individu yang telah pulih terhadap waktu.
π = laju pemulihan (π≥ 0).
π½ = laju rata-rata penularan penyakit (π½≥0).
Ξ±
= kemungkinan terjadi infeksi.
Gambar 1: Model Epidemi SIR
Individu yang
sembuh dari penyakit akan bergabung pada kelompok π
. kelompok πΌ menerima perpindahan dari kelompok π sebesar π½π π‘ πΌ(π‘) dan melepaskan
menuju kelompok π
sebesar π. Dalam model SIR,
dapat diselesaikan menggunakan persamaan diferensial dengan menggunakan metode
Euler. Diketahui persamaan diferensial dalam model SIR (3.2), (3.3),
(3.4). Dengan menggunakan solusi metode Euler :
Dari
persamaan (3.1)
Solusi
metode Euler untuk kelompok Recovered,
Dari persamaan (3.4) ππ
ππ‘=
(π‘,) π
π+1− (π‘π+1− π‘π)= π π‘,π
π
π+1− π
π=π π‘,π
(π‘π+1− π‘π)
Dari persamaan diferensial model matematika SIR,
dengan menggunakan metode Euler didapatkan solusi dari persamaan diferensial
diatas yaitu :
Yang dimana adalah bilangan dari populasi rentan,
terinfeksi, dan pulih dengan waktu ), dan Ξπ‘
adalah perubahan waktu terkecil dengan
Untuk mengkontruksi model mangsa pemangsa dalam
fungsi respon Michaelis-Menten pada populasi mangsa dan pemangsa dengan
dilakukan pemanenan pada populasi pemangsa maka diperlukan asumsi-asumsi
sebagai berikut:
1)
Dalam model ini hanya ada dua spesies
yaitu mangsa (prey) dan pemangsa (predator)
2)
Persediaan makanan untuk mangsa cukup
3)
Persediaan makanan pemangsa bergantung
pada populasi mangsa
4)
Populasi mangsa akan menurun pada saat
terjadinya interaksi mangsa dengan pemangsa karena mangsa akan dikonversi oleh
pemangsa untuk kebutuhan pertumbuhannya
5)
Populasi pemangsa akan meningkat pada
saat terjadinya interaksi mangsa dan pemangsa karena mangsa akan dikonversi
oleh pemangsa untuk kebutuhan pertumbuhannya.
6)
Gerakan dan kontak mangsa dan pemangsa
berlangsung secara acak sehingga setiap individu mangsa memiliki peluang yang
sama untuk dimangsa.
7)
Dalam interaksi, mangsa merespon
kehadiran pemangsa sehingga pemangsa memerlukan waktu untuk menangkap mangsa
8)
Pada populasi pemangsa dilakukan
pemanenan setelah banyaknya populasi pemangsa mencapai ambang batas pemanenan.
Sebelum
mengkontruksi model mangsa dengan pemanenan pada mangsa maka akan terlebih
dahulu diberikan model dasar mangsa pemangsa yaitu : Model Lotka Volterra
(1926) :
Persamaan (1)
Dalam
persamaan (1),
menyatakan angka kepadatan populasi mangsa
menyatakan angka
kepadatan populasi pemangsa
menyatakan waktu
menyatakan perubahan
kepadatan populasi mangsa terhadap waktu
menyatakan perubahan
kepadatan populasi pemangsa terhadap waktu.
adalah konstanta bernilai positif.
Model (1) berdasarkan asumsi-asumsi
memberikan pengertian bahwa :
1)
adalah angka pertumbuhan pada populasi mangsa,
populasi mangsa tumbuh secara logistic
2)
adalah angka kematian alami pada populasi
pemangsa
3)
adalah angka penurunan kepadatan populasi
mangsa karena terjadinya interaksi antara mangsa dan pemangsa
4)
adalah angka pertumbhan
kepadaan populasi pemangsa karena terjadinya interaksi antara mangsa dan
pemangsa
5)
adalah lambag terjadinya interaksi antara
mangsa dan pemangsa.
Laju pertumbuhan perkapita populasi
mangsa adalah selisih dari laju pertumbuhan intrinsic dengan laju berkurangnya
populasi mangsa akibat interaksi dengan pemangsa. Laju pertumbuhan perkapita
populasi pamangsa merupakan pertambahan laju kelahiran pemnagsa karena
interaksi dengan mangsa dkurangi laju kematian pemangsa.
Dalam kehidupan yang nyata saat ini,
model persamaan sudah tidak relevan karena populasi mangsa tidak selamanya
meningkat atau populasi pemangsa tidak selamanya menurun. Dalam interaksi
antara populasi mangsa terdapat respon dari mangsa dan terjadinya pencemaran
lingkungan dalam ekosistem yang menyebabkan keracunan pada populasi mangsa dan
pemangsa sehingga model perlu dikembangkan. Untuk menjawab permasalahan
tersebut, model dikembangkan dengan menambahkan fungsi logistic, fungsi racun
dan fungsi respon .
Berikut akan diberikan fungsi respon
tersebut :
yang diperoleh dari
model (1) merupakan representative dari banyaknya mangsa yang ditangkap
pemnagsa persatuan daerah. Berdasarkan asumsi diperoleh representative baru
yang menyatakan bahwa banyaknya mangsa persatuan daerah ditangkap (g(z))
berbanding lurus dengan angka penuruna kepadatan populasi mangsa karena
terjadinya interaksi antara mangsa pemangsa (s), kepadatan populasi mangsa dan waktu menangkap dan mengkonsumsi mangsa
yang didapat oleh pemangsa sehingga dinotasikan :
(2)
Lebih lanjut waktu adalah waktu yang
diperlukan pemangsa untuk menangkap dan mengkonsumsi mangsa, dinotasikan dengan
:
(3)
Di mana adalah waktu efektif yang diperlukan untuk
menangkap mangsa, adalah waktu rata-rata yang diperlukan
pemangsa mengkonsumsi mangsa yang didapat, adalah waktu yang diperlukan pemangsa
mengkonsumsi mangsa yang didapat. Dari persamaan (3) diperoleh
Sehingga
fungsi waktu dari persamaan (3) menjadi lebih relevan karena jumlah mangsa yang
ditangkap akan berbanding lurus dengan waktu efektif yang diperlukan untuk
menangkap mangsa. Persamaan (3) menjadi :
Dengan
menyatakan kepadatan mangsa yang ditangkap
persatuan waktu secara efektif dan lebih dikenal dengan fungsi respon bergantung
mangsa (Michaelis-Menten atau Holling tipe II).